Dengan hadirnya teknology
di kehidupan sehari-hari manusia maka berubah pula lah pola hidup manusia saat
ini, hampir seluruh sendi kehidupan manusia membutuhkan teknology untuk mempermudah penyelesian tugas atau masalah
sehai-hari. Manusia-manusia moderen saat ini cenderung bergantung dengan teknology sehingga mereka menjadi
masyarakat yang hanya menggunakan teknology
bukan memanfaatkannya etika yang sudah tertanam dalam nilai-nilai tradisi
masyarakat perlahan mulai pudar begitu pula peran manusia dalam masyarakat
mulai ter geser oleh tegnology.
(https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/700x465/photo/2018/11/17/1257717837.jpg)
Penerapan teknology
dalam kehidupan manusia di mulai pada ahun 1750-an yang sering kita dengar
revolusi industri 1.0 saat ini manusia sudah memasuki era industri 5.0 yang
salahsatunya yaitu menggunakan yang namanya AI / Kecerdasan Buatan. Sebelum kita
jauh membahas soal bagaimana posisi manusia dan AI kita harus faham apa itu AI
atau kecerdasan Buatan, kecerdasan buatan adalah kecerdasan yang ditambahkan kepada suatu sistem yang bisa diatur dalam
konteks ilmiah atau bisa disebut juga intelegensi artifisial (bahasa
Inggris: Artificial Intelligence) atau hanya disingkat AI,
didefinisikan sebagai kecerdasan entitas ilmiah. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan
kecerdasan buatan sebagai “kemampuan sistem untuk menafsirkan data eksternal
dengan benar, untuk belajar dari data tersebut, dan menggunakan pembelajaran
tersebut guna mencapai tujuan dan tugas tertentu melalui adaptasi yang
fleksibel”.[1] Sistem
seperti ini umumnya dianggap komputer. Kecerdasan diciptakan dan dimasukkan ke
dalam suatu mesin (komputer) agar dapat melakukan pekerjaan seperti yang dapat
dilakukan manusia.
Beberapa macam bidang yang menggunakan kecerdasan buatan antara lain sistem pakar, permainan komputer (games), logika fuzzy, jaringan saraf tiruan dan robotika.(wikipedia)
(https://assets-a2.kompasiana.com/items/album/2019/11/26/ai-5ddc1613097f36480b083f62.png?t=o&v=350)
Sehingga dapat di simpulkan bahwa dengan makin
berkembagnya teknology dan tidak
adanya sumberdaya manusia yang mampu memanfaatkan dan mengatur keberadaan teknology maka peran-peran yang tadinya
membutuhkan manusia nantinya tidak di butuhkan apa lagi dengan makin berkembangnya
teknology AI di dunia maka otak peran
manusia akan tergantikn. Maka dari itu
untuk mengatasi krisis yang akan datang ini sebainya kita lebih awal melakukan
edukasi kepada masyarakat persoalan pemanfaatan teknology yang dimana fungsi teknology sebagai partner dalam
kehidupan (AI) bukan sebagai satu-satunya alat yang di gunakan dalam
menyelesaikan masalah juga dalam narasi edukasi yang kita berikan jangan sampai
melanggar nilai-nilai etika culture
msyarakat terkhusu di INDONESIA. Sangat bahaya apabila kita tidak mampu
memanfaatkan dan aktif dalam menyikapi perkembangan zaman karena hal yang
paling menakutkan dari beradaan teknology
apalagi AI adalah tidak di butuhkannya lagi manusia dalam dunia domestik atau
produksi. Teknology AI/Kecerdasan Buatan harus di posisikan sebagai partner
yang membutuhkan manusia dalam segala hal bukan membalikkannya manusia yang membutuhkan
teknology AI sehingga dominasi mesin
ketimbang manusia dalam rana domestik dan produksi itu tidak terjadi.