Mahasiswa identik dengan identitasnya yang memiliki wacana
kritis yang di dapat dalam sosial kampus dimana kampus merupakan laboratorium
ilmu pengetahuan dan representasi suatu bangsa kedepan nya. Begitu banyak yang telah di lakukan mahasiswa
dalam mempertegas hal tersebut, akantetapi hadir nya sebuah indentitas pemisah
antara seorang akademisi dam organisatoris yang dimana ke dua kubuh ini saling
bertolak belakang. Hal ini wajar terjadi pada mahasiswa masa kini karena
mahasiswa jaman sekarang sangat kaku dalam berfikir sehingga tidak paham apa
yang jadi subtansi dari seorang akademisi dan organisatoris sehingga gerakan
mahasiswa makin kemari makin tumpul dan minat berorganisasi mahasisswa makin lama
makin berkurang. Ke dua elemen mahasiswa ini adalah sebuah satu kesatuan yang
tidak boleh di pisahkan dalam rangka menjaga proses dialektika yang ingin di
bangun di lingkungan kampus maupun organisasi dimana kaum akademisi membangun
sebuah wacana dan kemudian di organisir oleh orang-orang organisatoris melalui
sebuah lembaga atau organisasi agar dapat ter publis dan dapat di kembangkan.
Dengan kembali nya marwah gerakan yang semestinya dimana
para akademisi terus dapat menguarkan sebuah wacana yang progresif yang di
dukung oleh organisasi yang ada dengan tidak di bangunnya gerakan seperti ini
maka ornang yang aktif dalam suatu struktur lembaga atau organisasi hanya akan
menjadi politisi yang membebankan bangsa karena tidak biasa dengan hidup
bersama dengan kaum-kaum akademisi seperti yang terjadi sekarang ini. Maka dari
itu mahasiswa harus lebih peka dengan fenomena-fenomena yang hadir dan menjadi
orang-orang yang antisipatif bukan menjadi orang-orang yang reaktif. Dengan terciptanya
tatanan tersebut Gerakan-greakan mahasiswa yang hadir dapat menjadi gerakan
yang revolusioner tidak staknan melihat situasi dan kondisi yang terjadi saaat
ini, tidak ada lagi kata “susah” yang keluar dari mulut mahasiswa akan tetapi
kata “bisa” dimana kata susah menandakan kita telah menyerah dengan keadaan
yang ada.
Dengan tercipta nya struktur sosial mahasiswa seperti ini
maka tidak ada lagi gerakan-gerakan yang berujung kebuntuan yang menyebabkan
terbengkalainya sebuah masalah yang hadir atau yang biasa mahasiswa istilahkan “tabrak
tembok”. Aksi di jalan hanya salah satu dari ribuan gerakan yang dapat di
gunakan melihat kondisi manusia sekarang telah melalui perjalanan yang panjang
dan menghasilkan tatanan yang baru, maka dari itu jangan selalu terjebak dengan
bentuk-bentuk greakan di masa lalu karena semua gerakan memiliki konteks dan
kajian tersendiri yang sesuai dengan masalahnya, lingkungan sekitar, dan
struktur sosialyang ada di masanya. Gerakan ribuan orang di jalanan akan kalah
dengan gerakan 1 orang yang betul-betul memanfaatkan perkembangan zaman,
seperti contoh “akan lebih sampai aspirasi seseorang yang memiliki banyak followers
di media sosial di bandingkan orang yang
melakukan aksi di jalan dengan menutup
jalan”. Ini adalah sebuah bukti bahwa arah gerakan untuk membangun semangat
masyarakat tidak efisien lagi dengan gerakan parlementer jalanan. Ini hanya
salah satu contoh dari ribuan bentuk gerakan yang dapat di lakukan jangan
terjebak dengan kejayaan masa lalu karena gerakan mereka berhasil karena mereka
mampu mengkonteks kan gerakan nya dengan zaman nya sendiri.
Pesan saya sebagai penulis bahwa :
“jangan lah terpaku akan sebuah
identitas, ideology, dan kejayaan-kejayaan masalalu sedangkan kehidupan ini
adalah bukan di masa lalu tapi masa kini dan masa depan. Yang Kita harus
lakukan adalah memaham subtasi akan segala bentuk gerakan dan identidas yang di
bangun di masa lalu agar sifat fanatik kita akan kepada sesuatu akan lebih
progresif dan membangun masadepan masyarakat, bangsa dan Negara”
"ACHMAD AFAF"
MANTAP COBALAH UNTUK BERFIKIR SOLUSI KEDEPAN BUKAN GERAKAN YANG ASAL-ASAL TANPA MENGHADIRKAN SEBUAH MASALH AKAN SEGALA KEBUTUHAN
BalasHapus